Palu, kota di Provinsi Sulawesi Tengah ini selain menyimpan kekayaan alam yang indah dan kerap dijadikan lokasi wisata, ternyata ibukota Sulawesi Tengah ini juga punya ragam ritual yang unik. Mulai dari tradisi injak api sampai ritual minta hujan, ini dia 3 adat istiadat atau ritual terkenal di Palu.
- Balia: Ritual Suku Kaili untuk Menyembuhkan Penyakit
Berobat ke dokter atau meminum/memakan obat herbal tertentu merupakan cara umum untuk menyembuhkan suatu penyakit. Tapi, hal berbeda justru dilakukan oleh Suku Kaili. Suku yang mendiami lembah Palu ini punya cara unik untuk menyembuhkan penyakit, yaitu dengan cara menginjak bara api atau dikenal juga dengan ritual balia.
(sumber : kratonpedia.com)
Suku Kaili percaya bahwa api dapat mengusir penyakit. Ritual ini biasanya dilakukan ketika upaya medis tak berhasil memberikan kesembuhan. Tak sekadar menginjak api, dalam prosesi ritual balia, setidaknya ada 10 ritual lain yang juga harus dilakukan sebagai rangkaian acara. Beberapa ritual pendukung yang dimaksud adalah vunja ntana, ritual jinja, nora binangga, enje da’a, dan manuru viata.
Banyaknya ritual yang digelar membuat ritual balia mampu memakan waktu hingga tujuh hari tujuh malam. Hal ini juga tergantung seberapa para penyakit yang akan disembuhkan.
Saat acara berlangsung, pawang akan melakukan pembacaan mantra untuk memanggil arwah. Puncak acara ditandai dengan penyembelihan hewan kurban sebagai simbol kesungguhan atas kesembuhan.
- Pompaura Posunu Rumpu: Cara Suku Kaili Menjaga Lingkungan
Ritual khas Suku Kaili selain balia adalah pompaura posunu rumpu. Ritual ada ini terbilang sangat sakral dan kaya akan nilai-nilai spiritual. Telah digelar secara turun temurun, pompaura posunu rumpu diselenggarakan untuk membersihkan Kota Palu khususnya daerah Lasoaini dari hal-hal buruk seperti segala macam bencana alam, sifat buruk, dan wabah penyakit.
Sebenarnya, ritual ini sudah ditinggalkan oleh masyarakat modern. Namun, beberapa masyarakat, khususnya di Keluarahan Lasoaini masih menggelar acara pompaura posunu rumpu.
(sumber : liputan6.com)
Pompaura posunu rumpu memiliki berbagai prosesi adat yang dipimpin oleh seorang tokoh adat yang dikenal dengan sebutan Tolanggara. Setiap warga yang datang ke lokasi acara akan membawa sejumlah barang yang disebut Taki.
Umumnya, Taki berbentuk nasi yang dibungkus daun pisang, gula pasir, teh, kopi, beras, singkong, dan pisang. Kalau masyarakat punya kemampuan lebih, mereka tak segan untuk membawa ayam hingga kambing. Tentunya hal tersebut bukanlah sebuah kewajiban karena semuanya bersifat suka rela dan kemampuan masing-masing.
- Pora’a Binangga: Ritual Memohon Keberkahan atas Hujan ala Suku Kaili
Satu lagi ritual unik dari Suku Kaili yaitu pora’a binangga yang dilakukan untuk meminta hujan. Pora’a binangga tergolong ritual ada tertua yang sekarang coba dilestarikan sebagai warisan budaya.
Masyarakat Suku Kaili zaman dulu percaya bila musim timur datang tetapi hujan tak kunjung turun, berarti ada kesalahan atau pelanggaran yang terjadi. Oleh karena itu, mereka akan menyembelih hewan kurban sebagai cara untuk menebus dosa.
Dalam pelaksanaannya, pora’a binangga dibagi menjadi 3 tahapan, yaitu ritual pamit kepada penjaga matahari dan bumi (nenau) sebagai tanda bahwa masyarakat siap menerima hujan dan siap menanam, ritual pamit kepada leluhur yang ada di sekitar kuala (mopakoni binangga), dan ritual mompaura yang bertujuan untuk tolak bala.
Demikian 3 ritual khas Palu yang perlu Anda tahu. Tertarik untuk menontonnya secara langsung? Jangan ragu untuk mengunjungi Kota Palu. Kalau bingung mendapatkan hotel di Palu, Anda bisa memesannya melalui Airy. Selain murah, proses transaksinya pun cukup praktis. Ayo, booking hotel di Palu sekarang juga di www.airyrooms.com dan selamat berlibur!
Comment